Senin, 26 Maret 2012

Pengertian Public Relations


Pengertian Public Relations
1. Pengertian Umum
Public relation adalah proses interaksi dimana public relation menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan kedua belah pihak, dan menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publaik, bertujuan menanamkan keinginan baik, kepercayaan saling adanya pengertian, dan citra yang baik dari publiknya. Crystallizing
Public Opinion menyebutkan bahwa public relation adalah profesi yang mengurusi hubungan antara suatu perusahaan dan publiknya yang menentukan hidup perusahaan itu (Widjaja,2001).

2. Pengertian Khusus
Public relation adalah fungsi khusus manajemen yang membantu membangun dan memelihara komunikasi bersama, pengertian, dukungan, dan kerjasama antara organisasi dan publik, melibatkan masalah manajemen, membantu manajemen untuk mengetahui dan merespon opini publik, menjelaskan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani minat publik, membantu manajemen untuk tetap mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, berguna sebagai sistem peringatan awal untuk membantu mengantisipasi tren, dan menggunakan penelitian dan teknik suara yang layak dalam komunikasi sebagai alat utama (Maria, 2002).
Dalam buku dasar-dasar public relation (Wilcox dan Cameron,2006,p.5) juga mengatakan bahwa “public relations is a management function, of a continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy, and support of those with whom there are or maybe concerned by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as far as possible their own policies and procedures, to achieve by planned and widespread information more productive corporation and more efficient fulfillment of their common interests”. yang kurang lebih memiliki arti public relations merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan dijalankan secara berkesinambungan oleh organisasi atau lembaga umum dan swasta untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang mempunyai hubungan atau kaitan, dengan cara mengevaluasi opini publik mengenai organisasi atau lembaga tersebut, dalam rangka mencapai kerjasama yang lebih produktif, dan untuk memenuhi kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas.

Fungsi Public Relations


Fungsi Public Relations
Terdapat tiga fungsi Public relations menurut Betrand R. Canfield yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Human Relations dan Public Relations yaitu : fungsi public relations
  1. mengabdi kepada kepentingan publik
  2. memelihara komunikasi yang baik
  3. menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik (1993:137)
sedangkan menurut Cutlip Center yang dikutip oleh Frida Kusumastuti dalam bukunya Dasar-Dasar Humas  mengemukakan bahwa fungsi PUBLIC RELATIONS meliputi hal-hal sebagai berikut :
  1. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi 
  2. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.
  3. Melayani publik dan memberikan nasihat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum
  4. Membina hubungan secara harmonis antar organisasi dan publik , baik internal maupun eksternal (2004:23)
Dapat dikatakan bahwa fungsi Public Relations adalah memelihara , mengembangtumbuhkan, mempertahankan adanya komunikasi timbal balik yang diperlukan dalam menangani, mengatasi masalah yang muncul atau meminimalkan munculnya masalah. Public Relations  bersama-sama mencari dan menemukan kepentingan organisasi yang mendasar dan menyampaikan kebijaksanaan manajemen pada publik dan juga menyampaikan opini publik pada manajemen juga  kepada semua pihak yang terkait dalam menciptakan adanya saling pengertian yang didasarkan pada kenyataan, kebenaran dan pengetahuan yang jelas dan lengkap dan perlu diinformasikan secara jujur, jelas dan objektif    
Tugas Public Relations
Tugas –tugas pokok dari Public Relations perusahaan menurut Colin Couldon – Thomas dalam bukunya Public Relations Pedoman Praktis untuk PR adalah sebagai berikut :
  1. mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, baik perusahaan sendiri maupun perusahaan saingan juga ancaman dan peluangnya, mendiagnosis masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui sarana-sarana public relations, mengidentifikasi masyarakat yang dituju dan saluran-saluran yang paling efektif digunakan untuk menjangkau mereka.  
  2. Memberi nasihat kepada pihak manajemen di semua tingkatan, terutama mengenai perkembangan intern dan ekstern yang mungkin dapat mempengaruhi reputasi perusahaan dalam hubungannya dengan kelompok-kelompok lain yang menjadi sasaran komunikai perusahaan.
  3. Menjadi ahli depositor karena itu harus mengetahui semua aspek komunikasi perusahaan baik intern maupun ekstern
  4. Membuat kontak dengan para pengambil keputusan ekstern yang penting
  5. Memastikan arus informasi yang efektif untuk kelompok-kelompok masyarakat yang terpilih
  6. Membentuk komisi-komisi riset untuk proyek-proyek khusus agar dapat menentukan dan memperkirakan situasi dan masalah atau mengukur efektivitas program-program dari public relations yang telah dilaksanakan  
  7. Mengevaluasi masalah-masalah dan aktivitas public relations  sehingga dapat memberikan laporan-laporan yang teratur kepada pihak manajemen 
  8. merencanakan dan memanage kegiatan-kegiatan delegasi perusahaan  
  9. Membantu bagian-bagian lain dengan menganalisis masalah-masalah komunikasi, menulis dan menerbitkannya
  10. Memastikan seluruh organisasi dan tidak melakukan sesuatu tindakan yang dapat mencemarkan nama baik organisasi.(1996:18)  
Lima pokok tugas Public Relations sehari-hari menurut Maria Assumpta Rumanti dalam buku Dasar-Dasar Public Relations Teori dan Praktik  adalah :
  1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan , tujuan, serta kegiatan yang dilakukan
  2. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat
  3. Memperbaiki citra organisasi
  4. Tanggung jawab sosial dimana Public Relations merupakan instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut.
  5. Komunikasi.  Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus Yaitu komunikasi timbal balik dalam fungsinya komunikasi itu sentral.(2002:39)      
 Tugas Public Relations menurut oxley yang dikutip oleh Yosal Iriantara dalam bukunya Manajemen Strategis  menyebutkan bahwa tugas Public Relations adalah
a.       Memberi saran kepada manajemen tentang semua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik-publiknya
b.      Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik-publik utama pada saat  ini atau antisipasi sikap publik-publik pokok  terhadap organisasi
c.       Bekerja sebagai penghubung antara manajemen dan publik-publiknya dan
d.      Memberi laporan berkala kepada manajemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan publik dan organisasi (2004:45)
Tugas Public Relations pada intinya adalah untuk memberi layanan pada orang-orang yang disebut manajemen itu. Kegiatan Public Relations menurut Lesly yang dikutip oleh Yosal Iriantara dalam bukunya Manajemen strategis Public Relations adalah sebagai berikut :   
  1. Prestise atau citra yang favourable dan segenap faedahnya
  2. Promosi produk atau jasa
  3. Mendeteksi dan menghadapi isu dan peluang
  4. Menetapkan postur organisasi ketika berhadapan dengan publiknya
  5. Good will para stokeholder dan konstituen
  6. Mencegah dan memberi solusi masalah perburuhan
  7. Mengayomi good will komunitas tempat organisasi jadi bagiannya
  8. Good will karyawan dan atau anggota organisasinya
  9. Mengatasi permasalahan dan prasangka
  10. Mencegah serangan
  11. Good will para pemasok
  12. Good will pemerintah
  13. Good will bagian lain dari industri
  14. Good will para dealer dan menarik dealer lain
  15. Kemampuan untuk mendapatkan personel terbaik
  16. Pendidikan publik untuk menggunakan produk atau jasa
  17. Pendidikan publik untuk satu titik pandang
  18. Good will para customer atau para pendukung
  19. Investigasi sikap pelbagai kelompok terhadap perusahaan
  20. Merumuskan dan membuat pedoman kebajikan
  21. Mengarahkan perubahan (2004:57)

Citra
Bagi Public Relations menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi dan seterusnya tetapi terletak pada :
  1. bagaimana organisasi bisa mencerminkan yang dipercayai memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol, dievaluasi.
  2. Dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks.
Pada saat ini banyak perusahaan atau organisasi memberikan perhatian terhadap pembangunan suatu citra yang positif atau baik dimana  menguntungkan bagi suatu perusahaan atau organisasi tersebut tidak hanya melepaskan diri dari terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif atau buruk. Citra perusahaan adalah komoditas yang rapuh atau mudah pecah namun kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang. Citra menurut Katz yang dikutip oleh Soemirat dan Ardianto dalam buku Dasar-Dasar Public Relations adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang , suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan(2004:113). Citra menurut Frank Jefkins yang dikutip oleh Soemirat dan Ardianto dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations  mengungkapkan bawa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan (2004:114). Lima jenis citra (image) yang dikemukakan oleh Frank Jefkins dalam buku Public Relations , yakni:
  1. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota organisasi––biasanya adalah pemimpinnya––mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.
  2. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.
  3. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen.
  4. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.
  5. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan. (2003:20)
Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Efektivitas Public Relations di dalam pembentukan citra (nyata, cermin dan aneka ragam) organisasi, erat kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh Public Relations praktek berorganisasi (job design, reward system, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/ perubahan dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna.

Peran Public Relations
Praktisi Public Relations senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Citra Public Relations yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seharusnya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya. Peran Public Relations Menurut Rosady Ruslan dalam bukunya Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations Mengemukakan Public Relations mempunyai peran ganda di satu pihak berupa ia menjaga citra baik terhadap lembaga ataupun organisasi yang diwakilinya dan dipihak lain ia harus berhadapan dengan berbagai situasi yang kurang menguntungkan  seperti opini publik yang negatif kontrofersial, bertentangan hingga menghadapi saat yang paling genting dan krisis kepercayaan dan citra (2000:59)
Public Relations bertindak sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi yang dalam prosesnya dalam dua arah timbal balik dan juga membina hubungan yang baik dengan pihak publik sebagai target sasaran yaitu publik internal dan eksternal 

Peran Public Relations dalam menjaga dan meningkatkan  image yang baik di Perguruan Tinggi
Peran Public relations pada suatu perguruan tinggi sangat penting dimana dalam pertumbuhan perguruan tinggi yang kini tumbuh berkembang  terutama di daerah-daerah perkotaan di setiap propinsi sebagai akibat dari otonomi daerah  dimana setiap perguruan tinggi kini bersaing untuk mendapatkan mahasiswa demi kelangsungan hidup institusinya. Public relations tidak hanya berperan untuk memelihara hubungan dengan para mahasiswanya , lembaga-lembaga pemerintahan maupun swasta tetapi yang lebih penting menghadapi krisis yang sewaktu-waktu dapat muncul sebagai akibat yang bermacam-macam dan tidak dapat diramalkan jauh sebelumnya . Apabila suatu perguruan tinggi mendapatkan masalah diperlukan suatu tindakan untuk menormalisasikan keadaan kembali baik. Pemberitaan yang salah perlu diluruskan berita yang tidak menguntungkan harus dihilangkan dan selanjutnya citra perguruan tinggi harus dikembalikan dan sekaligus ditingkatkan. Oleh karena itu di perguruan tinggi diperlukan keberadaan seorang public relations yang mempunyai keahlian dalam merubah hal-hal yang jelek atau negatif menjadi lebih baik atau positif , yang samar-samar menjadi jelas sehingga perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan tinggi tetap dipercaya    oleh masyarakat dan juga dapat menciptakan opini publik yang positif    berhasil atau tidaknya menciptakan opini yang positif yang dilakukan oleh seorang Public relations bagaimana ia bisa bekerjasama dengan berbagai pihak  media masa untuk mengangkat suatu maksud yang akan disampaikan kepada publik dengan bentuk berita artikel ataupun informasi lainnya bisa tersebar dalam waktu yang bersamaan.  Public Relations bertindak sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi di perguruan tinggi yang prosesnya dalam dua arah timbal balik dan juga membina dan membangun hubungan yang positif dan baik dengan pihak publik sebagai target sasaran yaitu publik eksternal dan internal,  publik mengetahui rencana kebijaksanaan dan usaha-usaha pimpinan dari public relations. Dalam hal itu pimpinan menyempurnakan rencana dan strateginya, melakukan kebijaksanaannya dan meningkatkan usaha-usahanya berdasarkan keadaan, perasaan harapan dan keinginan publik baik publik intern ataupun ekstern dan itu semua diketahui manajer beserta stafnya berkat laporan dari public relations. Kegiatan yang two ways trafic itulah yang menjadi ciri khas public relations yaitu kegiatan top manajemen ke publik dan dari publik ke top manajemen. Kegiatan yang dilakukan public relations dalam membina hubungan dengan publik internal
  1. Melakukan komunikasi secara langsung dengan para karyawan yang berPublic Relationsestasi
  2. Pertemuan berkala
  3. Memberikan pengharagaan kepada karyawan yang berPublic Relationsestasi
  4. Memberikan ucapan selamat kepada pimpinan baru
  5. Memberikan laporan tentang kegiatan dan perkembangan kampus
Kegiatan yang dilakukan public relations dalam membina hubungan dengan pihak publik eksternal
  1. memberikan undangan kepada pers juga melakukan suatu kegiatan dan melakukan jamuan makan
  2. Melaksanakan kegiatan konferensi perss
  3. Memberikan ucapan selamat kepada instansi pemerintah yang berulang tahun dan juga memberikan ucapan selamat hari raya agama serta berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan pemerintah yang bisa menguntungkan di perguruan tinggi    
  4. Membuat Pressrelease tentang semua kegiatan yang dilakukan oleh kampus
  5. Personal contact dimana unsur yang penting dalam hubungan ini adalah perlakuan terhadap perorangan yang berhubungan dengan kampus    
Dalam pelaksanaannya public relations melakukan banyak komunikasi baik secara langsung secara personal contact maupun komunikasi melalui mass media     Menciptakan dan menjaga citra merupakan tujuan dari  kegiatan program kerja public relations di perguruan tinggi baik untuk keperluan publiksai ataupun promosi . peran public relations mencakup bidang yang luas menyangkut hubungan dengan berbagai pihak dan tidak berbentuk hubungan dengan arti sempit  karena personal relations mempunyai peran yang cukup besar dalam kegiatan public relations. Bagaimana meningkatkan kesadaran, pengertian dan pemahaman tentang aktifitas perguruan tinggi termasuk membentuk sikap yang menyenangkan, itikad baik, saling toleransi, saling pengertian, saling mempercayai, saling mengghargai dan akhirnya akan menciptakan citra yang baik. Untuk lebih memantapkan   keberadaan public relations ditengah masyarakat, perguruan tinggi terutama yang masih baru berdiri ( juga berlaku kepada perguruan tinggi lama) harus melakukan pengenalan diri mendapatkan pengakuan, memperoleh penghargaan atau kepercayaan serta bantuan dari masyarakat . Dalam keadaan yang penuh dengan persaingan ada beberapa alasan mengapa Public relations sangat penting peranannya  diantaranya
a.             Pertumbuhan perguruan tinggi dan  pendidikan yang makin berkembang
b.            Timbulnya persaingan diatara perguruan tnggi dengan pendidikan lainnya
c.             Adanya kritik dari masyarakat yang memerlukan penangan yang Public Relationsofesional dalam mnemberikan penjelasan yang menyagkut hubungan dengan kegiatan perguruan tinggi
d.            Perkembangan teknologi komunikasi dan media massa yang begitu cepat perlu dmanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memperkenalkan perguruan tinggi dengan segala fasilitas dan kelebihannya disamping dapat meniungkatkan image perguruan tinggi.
Untuk mencapai sukses dalam menjalankan kegiatan public relations sebagai pembentuk dan penjaga image di perguruan tinggi harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, dimana fungsi tersebut adalah
  1. Menyampaikan kebijaksanaan yang berlaku di perguruan tinggi kepada publik
  2. Menyampaikan opini publik kepada manajemen
  3. Melakukan promosi action
  4. Menjadi image perguruan tinggi dengan menjalin kerja sama denga pihak-pihak tertentu seperti wartawan media cetak ataupun elektronik
  5. Menjalin relationship yang baik supaya ada kemudahan dalam liputan internal maupun eksternal
Adapun Peran Public Relations dalam menjaga dan meningkatkan image di perguruan tinggi adalah
  1. Menjual image yang menyangkut promosi-promosi
  2. Menciptakan pengertian membangun kehendak yang baik dan rasa hormat
  3. Menciptakan hubungan dan komunikasi yang harmonis baik untuk publik internal ataupun publik eksternal
  4. Mengatasi permasalahan dalam menghadapi krisis yang sewaktu-waktu dapat muncul
Perguruan tinggi yang memiliki reputasi bagus umumnya akan menikmati enam hal yaitu :          
1. Hubungan yang baik dengan para pemuka masyarakat
2. Hubungan yang positif dengan pemerintah setempat
3. Risiko krisis yang lebih kecil
4. Rasa kebanggan dalam organisasi dan diatara khayalak sasasran
5. Saling pengertian antara khalayak sasaran baik internal ataupun eksternal
6. Meningkatkan kesetiaan para staff dan karyawan

PENUTUP
Berada pada situasi persaingan antar perguruan tinggi baik negeri atau swasta maupun dengan institusi pendidikan lainnya yang cukup berat sebuah Perguruan tinggi memerlukan citra atau image yang positif di mata publik untuk membangun dan menjaga image tersebut dibutuhkan seorang Public Relations yang  berperan aktif dalam menciptakan, menjaga dan meningkatkan image pada perguruan tinggi. Public Relations merupakan hal yang penting bagi kelancaran aktifitas dan kinerja pada suatu perguruan tinggi karena public relations merupakan jembatan komunikasi bagi publik eksternal maupun publik internal , apabila komunikasi berjalan dengan baik maka aktifitas perguruan tinggi akan berjalan dengan baik pula. Dengan keahlian yang dimiliki oleh seorang Public Relations  dimana mempunyai tugas yang sangat berat karena dia harus membuat segalanya menjadi baik dan menjaga tetap baik bahkan harus meningkatkan segalanya ke yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Tugas seorang Public Relations bisa berjalan dengan baik apabila dia mampu menjaga dan meningkatkan image kampus dan masyarakat masih menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap kampus tersebut dimana banyak masyarakat dapat mendapatkan ilmu dan Pendidikan yang lebih tinggi dari kampus tersebut. Peran Public Relations di Perguruan Tinggi Sangatlah besar dan penting dalam menjaga dan meningkatkan image Perguruan tinggi di mata publik internal dan eksternal      



Sejara ilmu Komunikasi

Sejara Ilmu Komunikasi
Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer.

Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas dari dogma-dogma agama. Sehingga mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang). Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.
           Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Ts’ai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan kitab-kitab ajaran konfusianisme seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Ch’un Ch’iu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara). Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Aktifitas komuniksi dalam bentuk propaganda juga telah ada di zaman Isa Almasih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Isa dianggap bahaya oleh kaum Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi berusaha memancing kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina. Akhirnya usaha ini berhasil mempengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa dan menghukum Isa Al Masih. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa tidak mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalahNya (berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29).
Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budhah yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang mengajarkan ajarannya di India. Juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. (Thre Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).

          Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukannya suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah. Karena pada waktu ekspansi, Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi dari pada kebudayaan Eropah (Brower, 1982;41). Universitas Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo menyimpan dan memberikan warisan ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga Eropah menerima warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu mempelajarinya. Karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Sekitar abad ke-14 pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu Jamal Al-Din.
          Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Menurut Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratud Du’at, dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. Pada zaman nabi Muhammad SAW (570 M-632 M), penyebaran Islam berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (8-9 M).
Muhammad melakukan dakwahnya ke Mekah pada tahun 610 M. Dalam tempo 25 tahun, Muhammad beserta pengikutnya (yang disebut sebagai Muslim), mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab, dan Islam kemudian berkembang dengan sangat pesatnya. Pada sekitar tahun 650 M, Arab, seluruh daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, dan pada tahun 700 M, Islam mendominasi area besar mulai dari daratan China dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat. Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti; dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam. Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat.

            Komunikasi di awali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad untuk memberikan peringatan (dalam hal ini berdakwah) kepada umnat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan (Q.S Al-Hijr;94-95).

            Dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam kepada para raja di Eropah. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. Dengan contoh ini, maka Rasulullah telah merintis sistem jurnalistik dalam melakukan komunikasi Islam sebagai bentuk dakwah. Dalam perkembangannya, komunikasi telah sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Kembali hubungannya de ngan pers sebagai bagian dari komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri, sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits nabi dan sunnah Rasul. Sejarah telah mengungkapkan kepada kita bahwa perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala abad dan zaman sera melewati negara-negara dan benua. Ini berkat para jurnalis-jurnalis Islam seperti Syafi’i ’(yang mazhabnya mayoritas diadaptasi umat muslim Indonesia), Malik Ahmad Hambali, Hanafi, Abu Dawud, dan sebagainya yang tulisannya dalam bidang hukum fiqih. Bidang filsafat seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Jamaludin Al afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, dan lain-lain. Bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam bidang kedokteran dewasa ini.
Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropah ke utara benua Amerika pada masa Hitler).
Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di zaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di zaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangn komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat fase-fase perkembangn ilmu itu sendiri dari zaman ke zaman. Ilmu berkembang, pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama).
Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Lalu ilmu berkembang lagi pada zaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama. Sebut saja seperti Isaac Newton dan Darwin. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam.
Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropah akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing. Pada tahun1453 M, Istambul jatuh ke Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Itali atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropah cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.
Penjelasan sejarah di atas sudah cukup membuktikan bahwa sebenarnya sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di zaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika.